Minggu, 25 Maret 2007
Kemarin, hari Minggu malam, setelah beres-beres di rumah, sekitar pk.9 malam saya berangkat ke kampus Chukyo naik kereta pk. 21.13. Sebelum berangkat saya telpon ke Meitetsu Taxi Toyota -yang hanya satu-satunya cara untuk mencapai kampus- agar menjemput saya di stasiun Josui pk.21.45, karena kereta akan tiba di Josui pk.21.42. Udara dingin dan angin bertiup kencang. Malam itu memang sudah saya niatkan untuk nginap di kampus membereskan barang pindahan yang ternyata tak kunjung kelar.
Mengapa harus menginap di kampus ? Rencananya kami sekeluarga akan check out hari Rabu. Kalau dihitung mundur, karena seluruh barang yg akan dikirim ke hotel bandara di Osaka akan dikirim pada hari Selasa, berarti sehari sebelumnya (y.i. hari Senin) sudah harus selesai semua urusan packing. Karena Senin harus selesai, terpaksa saya bermalam di kampus agar bisa mengejar “deadline”. Di lab. akhirnya saya berkutat dengan puluhan CD dan DVD yang menggunung, yang harus saya periksa satu per satu. Akhirnya pekerjaan yg melelahkan itu selesai saat Subuh. Setelah sholat Subuh, saya istirahat sebentar.
Senin, 26 Maret 2007
Pk. 07.45 saya keluar ruangan ke halte bis, untuk pulang ke rumah. Tetapi bus yang mestinya datang pk.08.10 ternyata tidak kunjung tiba. Selain saya ada satu lagi mahasiswa kampus Chukyo yang di Yagoto, yang juga menunggu bus tsb. Katanya, hal seperti ini sering terjadi. Terutama jam paling pagi, kadang-kadang bus tidak tiba tepat waktu, sehingga dia terlambat kuliah. Akhirnya kami berangkat memakai bis cadangan, Karena tidak bisa mengejar jadwal kereta 08.26 dari Josui St. terpaksa saya naik kereta jam berikutnya.
Senin pagi ini saya menemani Ine periksa kandungan ke Nagoya City Univ. Hospital. Dari Josui, saya ganti kereta di Gokiso, ke arah Sakurayama Station, yang terletak di daerah RS. Di RS, Ine dan Tika sedang menunggu giliran, sambil mengisi angket. Untuk memanfaatkan waktu yg ada, saya pergi ke Chikusa Post Office, mengirim dokumen kontainer ke Kobe dan Jakarta. Saat kembali ke Akhirnya giliran itu tiba. Saat diperiksa ukuran si ade’ masih imut, shg. diperkirakan usia kehamilan masih sangat awal sekitar 1 bulan. Kami disarankan untuk meneruskan periksa 2 minggu lagi setelah sampai di Indonesia.
Dari RS, kami pulang ke rumah dan saya membuat laporan perkembangan pengurusan kontainer, sedangkan Ine menyiapkan rumah, karena beberapa teman mau datang. Setelah makan siang, saya berangkat ke kampus lagi, naik kereta sekitar pk.13.15 siang.
Sesampai di kampus, pertama yg saya urus adalah masalah administrasi peralatan riset milik kampus (kikibihin) ke bagian pengadaan bersama Imai-san (staf sekretariat jurusan). Barang-barang tsb. (PC, notebook, scanner, printer, dsb) kami alihkan pengelolaannya ke Akiumi Sensei. Lega juga setelah proses ini selesai.
Selanjutnya sekretariat jurusan (Ando-san dan Imai-san) menyarankan agar saya mengurus perpindahan alamat yang tercatat di society, dan membuat label alamat baru yang nantinya ditempelkan ke surat yang dijatuhkan di lab. saya di Chukyo. Dengan demikian, surat itu akan diforwardkan ke alamat baru yg tertulis di label.
Setelah itu saya ke perpustakaan untuk mengembalikan kartu perpustakaan, dan keliling ke sensei-sensei di jurusan untuk berpamitan. Sampai di lab. saya baru ingat kalau belum telpon ke hotel di Osaka, bahwa kami akan mengirim barang ke sana terlebih dulu. Pff…repot banget rasanya. Pengin benar makan rujak cingur kalau udah gini…he he he..jaka sembung 😀
Selasa, 27 Maret 2007 : Ofuro yg bermasalah
Sejak pagi hingga malam saya dan Ine menyelesaikan packing di rumah, karena sekitar pk.17.00-19.00 petugas takkyubin akan datang ke rumah untukmengambil barang kami (集荷). Total barang yang kami kirimkan ke hotel Nikko di Kansai Airport sebanyak 9 buah: PC, monitor, notebook, koper 2, kardus 2, guitar dan scanner. Petugasnya sampai terperanjat, koq sebanyak itu, karena biasanya yg dikirim ke bandara rata-rata sekitar 3 buah…he he he 😀 Sebelum dikirim, barang-barang itu saya timbang dulu untuk pengaturan selanjutnya. Total sekitar 100 kg. Waah, berarti sisa barang yang dapat
saya bawa tinggal 20 kg, karena jatah bagasi kami = 3 orang x 40 kg = 120 kg.
Setelah itu saya lanjutkan lagi mengemas barang, membersihkan sana-sini semalaman. Ine tidak saya bolehkan kerja terlalu banyak, untuk menjaga kandungannya. Tengah malam, saya menyiapkan air untuk berendam di ofuro. Beberapa hari belakangan, karena kesibukan yg luar biasa, saya tidak sempat mandi lagi. Rencananya di hari terakhir sebelum check out, saya ingin menikmati berendam di ofuro sekali lagi, dan bisa keluar rumah dengan fresh. Apadaya, setelah ofuronya penuh, gas-nya ternyata bermasalah lagi
dan tidak bisa dinyalakan 😦 Wah, rasanya koq saya seperti diusir saja. Hari-hari terakhir di apato dipenuhi dengan munculnya berbagai masalah : air di kamar mandi menggenang yg sulit surut, fan dapur yang rusak, kamar yang dilubangi oleh pak Gonzales (tikus), dan terakhir yang fatal adalah macetnya gas untuk memanaskan ofuro. Untung, kami masih dapat pengembalian sebagian uang sekitar 55 ribu yen dari deposit awal 120 ribu yen
saat masuk rumah ini (April 2003).
Rabu 28 Maret 2007
Hari ini cukup banyak agenda yg harus saya selesaikan :
- Membuang sampah besar/sodai gomi. Jenis dan tarif masing-masing item: kasur 2 buah masing-masing 250 yen, heater 1000 yen.
- Mengembalikan modem broadband ke KDDI
- Mengirim buku ke kang Acep pakai takkyubin
- Ke kampus Chukyo di Toyota menyerahkan kunci ke sekretariat jurusan, mengosongkan PC dari file-file pribadi dan mengurus pergantian administrasinya
- Menjual tv, video recorder dan sepeda ke recycle shop dekat rumah
- Menghentikan langganan handphone di Wilcom Shop Sakae
- Melanjutkan bersih-bersih rumah. Sore hari sebelum pk.5 sore, sudah harus check out dari kamar dan menumpang di rumah kang Irwan.
Masalah utamanya adalah: 1,2,3, 5 dan 7 dikerjakan di seputar rumah kami yang terletak di daerah Gokiso, Nagoya, sedangkan no.4 diselesaikan di kampus Chukyo di Toyota, dan no.6 dilakukan di Sakae. Ketiga tempat saling terpisah dan berjauhan. Dari kampus ke rumah makan waktu setidaknya 1 jam dengan naik kereta dan bus (selambat-lambatnya pulang paling malam pk.20.10), sedangkan dari rumah ke Sakae kira-kira makan waktu 20 menit naik bus.
Pagi hari setelah menyelesaikan urusan 1-3, saya ke kampus. Sesampainya di lab., ternyata masih ada juga barang yang belum sempat saya buang. Selain membuang barang-barang tersisa, saya print label untuk ditempel di koper dan kardus. Kepada sensei yg meneruskan administrasi kepemilikan kikibihin berupa PC, saya informasikan password-nya. Setelah itu terakhir saya ke sekretariat jurusan untuk menyerahkan kunci dan kartu identitas staf pengajar. Selesai sudah tugas saya di Chukyo, dan sejak saat itu status “visiting professor” tidak saya pakai lagi.
Jarum jam sudah lewat angka 12. Saya berangkat dari kampus ke arah Sakae yg terletak di pusat Nagoya, untuk menghentikan pemakaian handphone. Sebenarnya ingin bisa mengirim kabar ke Ine yg standby di rumah Gokiso, kalau urusan saya di kampus ternyata cukup makan waktu & baru selesai pk.12, tetapi di rumah sudah tidak ada lagi alat komunikasi. Dari kampus ke Sakae makan waktu sekitar 90 menit. Sampai di stasiun Sakae, saya call ke Shimada-san, teman Jepang saya yang ingin bertemu barang lima menit for the last time dan berjabat tangan mengucap kata perpisahan (ehm..koq nge-dangdut ya ?). Saya sampaikan ke Shimada kalau saya mau cancel hp terlebih dulu, jadi mohon menunggu saya di bawah TV yang buesar-segede bagong- di perempatan Sakae. Urusan HP saya perkirakan 30 menit selesai. Setelah itu saya ke lantai bawah Chunichi Building, dan ke counter Wilcom.
Di luar dugaan ternyata urusan memutuskan HP jadi berkepanjangan dan makan waktu
1 jam. Counter tsb. tidak berwenang untuk menangani masalah uang. Yang bisa menangani cancel + bayar tagihan itu hanya Wilcom Plaza, padahal di Nagoya tidak ada Wilcom Plaza. Mereka hanya bisa memutuskan langganan saja, tetapi tagihan akan dikirimkan beberapa hari kemudian ke alamat saya, padahal kami sudah akan check out hari itu. Mereka menawarkan alternatif lain, agar tagihan dikirim ke teman saya, dan dia yang diminta bantuan untuk membayar tagihan tsb. atas nama saya. Tapi cara ini tentunya akan membuat orang lain repot. Akhirnya setelah komunikasi dg pusat Wilcom, mereka menawarkan jalan keluar, yaitu saya mentransfer ke rekening yang ditentukan. Adapun besarnya tagihan baru akan diberitahukan esok harinya (29 Maret). Saya pun sepakat dengan solusi ini, dan segera keluar dan cepat-cepat mencari Shimada, sambil menggerutu
karena keruwetan & waktunya melebihi yg saya kira. Sisa waktu hingga ke jam 5 tinggal tersisa sedikit, padahal saya masih punya dua agenda : jualan barang ke recycle dan mengangkut keluar barang-barang di rumah.
Bertemu Shimada, saya minta maaf karena dia terpaksa menunggu saya satu jam di bawah TV. Karena saya harus segera pulang, akhirnya dia saya ajak ke rumah. Terpaksa saya pakai taxi, agar bisa cepat sampai. Di jalan kami ngobrol beberapa hal, dan Shimada menawarkan membantu jualan barang ke recycle shop.
Tiba di rumah, mbak Wida sedang membantu Ine membersihkan rumah (Mbak Wida-
Pak Wempi, terima kasih banget u/ semuanya). Saya agak panik, karena cukup banyak barang-barang yg masih tersisa. Saya dan Shimada membawa sepeda, video dan TV ke recycle shop, dan setelah diperiksa, akhirnya laku dg harga total 2 ribu yen, sama seperti ongkos taxi ke rumah tadi… banzaaai 😀
Setelah itu, Shimada pamit dengan saya. Dia tampak terharu saat menyalami saya, yang katanya adl. Indonesia-no oniisan (kakaknya Shimada di Indonesia). Saya balas dengan memeluknya sambil bilang “ini cara Indonesia”. Entah mungkin ngomong agak ngawur, tapi hanya itu yang terfikir di benak saya. Setelah itu saya dan Ine mengeluarkan barang-barang dari kamar, dan saya segera ke bawah mengembalikan kunci. Nagai aida taihen osewani narimashita.
Sore hari, sekitar pk.5 sore kami meninggalkan Gokiso dan berangkat ke rumah pak Irwan. Terpaksa naik taxi lagi. Ine tadinya mengusulkan memakai bus dan subway. Tetapi dengan banyaknya item bawaan (ada sekitar 14 buah), usul tsb. nggak realistis. Entar kayak angon bebek 🙂
Setelah sampai di rumah mas Irwan, saya mohon izin ke tuan rumah untung
menumpang mandi. Alhamdulillah, akhirnya badan saya jadi segar, dan rasanya
seperti berhari raya. Perut juga sudah siap menampung masakan-masakan lezat 😀
Malam harinya di rumah mas Irwan, beberapa keluarga berkumpul dan makan malam
bersama. Aduuh, terharu rasanya
teman-teman koq menyempatkan menengok kami. Antara lain kel. Irwan Meilano,
kel. Gunawan Hadiko, kel. pak Joko Purwanto, kel. pak Hamzah, kel.Pak Doni.
Terima kasih untuk teman-teman semuanya. Hanya Allah SWT yg mampu membalasnya.
Kamis, 29 Maret 2007
Kamis pagi, saya mengatur ulang sekali lagi barang yang akan dibawa ke bandara. Sekitar pk.10 pagi, saya mendapat informasi bahwa tagihan handphone yang harus saya bayar adalah 652 yen 😦 Duuh…jadi repot setengah mati kemarin itu cuma buat bayar 600 an yen toh 😦 Tagihan tsb. segera saya lunasi dg transfer online lewat bank SMBC. Pff..lega akhirnya. Beberapa barang terpaksa saya drop, dan mohon bantuan ke keluarga pak Irwan untuk dikirim belakangan ke Indonesia (u/ Mas Irwan & Hani: mohon maaf kami malah jadi merepotkan lagi). Di antara yang saya tinggal adalah sleeping bag yang sedianya akan saya pakai untuk bermalam di kantor…eits…maaf, istilahnya koq kurang keren yah….maksud saya untuk nginap di apartemen jalan Thamrin…hahaha. 😀 Bu Irwan (Hani), Alifa-kun dan Asa-chan turut mengantar kami sampai ke Nagoya Station. Di Nagoya station kami berpamitan, dan pk.14.07 kami berangkat ke Osaka.
Sayonara Nagoya : kota penuh kenangan baik suka dan duka. Di kota ini saya pertama kali bertemu Ine (11 April 1998), belajar dan bekerja mencari ilmu (91-95, 97-2007), tempat kelahiran puteri-puteri kami (2001,2002,2004), meninggalnya puteri kami (Sekar 2001 & Puspa 2002), kenangan manis selama bergaul dengan teman-teman masyarakat Indonesia maupun Jepang. Sakura yang mulai bermekaran di sepanjang jalan melambai tertiup angin seolah berucap sayonara.
wah, Tika akan punya adik. selamat ya pak 🙂
Jadi kapan tiba di jakarta?
Waduh…Tika, omedetou ada adek baru…(^_^)
Adeknya nanti jangan lupa diajari sholat, ngaji, boso Jepun yo, sing telaten !
Mba Ine, ati-ati yo, tetep senyum dan rajin senam mulut (ketawa) biar kandungane sehat. Mba Ine jangan nggendong yg berat2. btw, Tika berapa kilo ya(^_~)
Pak Anto aja yang mbawa koper2 hehehe…yoroshiku (^_^)
Pak Anto, blog-e ojo lali diapdet yo !
Rujak jingur… Besok tak makan ah, ntar tak “ceritain” rasanya…
Halo Anto,
Baru kali ini liat blog kamu.
Kalau dari ceritanya, mau balik ke Indonesia ? Kalau iya.. kapan.
Salam,
Chilmar
Mas Achil,
Sekarang kami sudah tiba di Solo. Insya Allah minggu depan ke Jakarta. Salam u/ Mbak Fitri & adik-adik yah.
Yth Dik Anto sekeluarga,
Ass. wr. wb.
Welcome home dan Selamat menjalani kesibukan baru di Indonesia.
Salam untuk keluarga,
Wass.
Heru Subiyantoro
Assalaamu’alikum wr.wb.,
Smoga tetap sehat, selamat dan senang sampai di Indonesia.
Ngajak teman di BPPT untuk ikut serta nulis hasil-2 risetnya, agar dapat share penemuan-2. Kapan bayi terakhir lahir?
Trims
Wassalaamu’alikum
Wah…hard work yah…Selamet ya Pak, kembali ke Indonesia. Boleh minta sesuatu enggak? begini, saya penasaran banget, dengan sifat-sifat orang Jepang. Kalo di TV atau dorama, aku ngeliat mereka kayaknya all out banget buat mengungkapkan perasaan mereka. Tapi kata sensei saya ternyata mereka tuh punya “cangkang” yang kuat banget. Dari penglaman sensei saya, temannya yang orang Jepang baru kasih lihat foto keluarganya setelah 15 tahun berteman.
Jujur, tadinya saya pingin banget ke Jepang.
Tapi kok banyak banget situasi2 yang berbeda dari diri saya.
Jadi agak ragu juga sih. Saya kalo suatu saat nanti bisa ke sana, bisa bertahan enggak ya?….
Hontou ni Arigatou Gozaimasu…
Maa syaa Allah. Sangat memotivasi saya Mas yang tengah S2 di Hiroshima Univ, Jepang. Apakah ada sambungan part 3 nya mas untuk cerita 4 tahun di nagoya sebelumnya? Soalnya di part 2 masih menggantung mas untuk sampai ke bagian ini. 😅 Makasih mas sharing pengalamannya.