Tali, Peser, Ketip, Ringgit dan Rupiah

Saat menunggu kereta ke serpong, saya jadi ingat obrolan menarik ttg uang jaman dulu dg sopir yg menjemput di Bandung. Kelahiran th 70 spt saya hanya ingat dulu ada uang “seringgit” senilai Rp 2.5. Bagi yg kelahiran 60, mengalami satu ketip yg senilai Rp 0.5. Ada juga “talen”, yg mungkin jadi awal peribahasa “setali tiga uang”. Nominal paling kecil adalah “peser”, shg ada peribahasa “tidak punya sepeser uang pun”, mirip dengan “mon” di Jepang. Sehingga ungkapan “mon nashi” dipakai untuk menyatakan tidak punya uang sama sekali (nashi=tidak ada). Mata uang terkecil yg pernah saya pegang adalah Rp 5 yang diameternya cukup besar. Mungkin anak-anak sekarang tidak terbayang betapa dulu kita punya 5, 10, 25, 50. Sedangkan 100 rupiah berupa uang kertas. Orang kaya dulu disebut jutawan. Kalau sekarang mungkin milyuner..ah…sudah bergeser mungkin menjadi trillioner ? Kelak kalau angka di mata uang dipangkas tiga nol-nya, maka para miliuner akan menjadi jutawan lagi. Sedangkan saya akan meninggalkan level jutawan untuk menjadi ribuan 😀

Iklan

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di Indonesiaku. Tandai permalink.

Satu Balasan ke Tali, Peser, Ketip, Ringgit dan Rupiah

  1. Muhamad irpan berkata:

    Saya tau tentang talen dan ketip peser karena orang tua terutama bapak saya selalu bercerita tentang masa mudanya di jakarta tempo dulu, saat waktu luang seperti sore selalu bercerita tentang kehidupan pas masih muda yang selalu merantau dari banten sampai jakarta udah dilalui jadi semakin sayang kepada orang tua karena semangatnya masih ada sampai sekarang usia lansia love you bapak.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s