Kemarin ngobrol dengan teman tentang syarat akurasi yg harus dipenuhi oleh aplikasi biometrics yg akan dipasang pada e-KTP reader. Yaitu False Rejection Rate max 3% saat False Acceptance Rate 0.01%. Saya coba jelaskan dengan contoh riil sbb.
1. Saat sistem biometrics dipakai untuk matching antara sidik jari seseorg dengan sidik jari yg tersimpan di dalam chio eKTP nya, idealnya menghasilkan score matching tinggi. Mudahnya saja scorenya max, yaitu 100. Tetapi jika yg eKTP nya meminjam orang lain, score matchingnya rendah, misalnya 0. hal ini karena yang dimatchingkan jari yang berbeda (dari 2 orang yang berbeda)
2. Bayangkan eKTP dipakai untuk masuk ke ruang rahasia disaring dg ektp reader. 100 orang antre membawa eKTP nya sendiri, dan di belakangnya ada 10 ribu orang yg membawa eKTP pegawai kantor rahasia tsb yg berhasil mereka curi agar bisa masuk secara ilegal.
3. Jika threshold sistem biometrics diset terlalu rendah, misalnya 0, akibatnya semua proses matching akan lolos. 100 orang pertama akan lolos dan bisa masuknruang rahasia.Tetapi 10 ribu org yg antre dengan meminjam eKTP tsb bisa menyelundup juga.
4. Jika threshold sistem biometrics sebaliknya diset setinggi mungkin agar secure, akibatnya 10 ribu penyelundup tidak bisa masuk, tapi 100 pegawai yg resmi tidak masuk juga.
5. Dari no.3 dan no.4 dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi nilai threshold, jumlah penyelundup yang berhasil masuk akan semakin sedikit, sedangkan pegawai resmi yang gagal masuk ke gedung akan semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah nilai threshold, pegawai resmi yang gagal masuk ke gedung akan semakin sedikit, sedangkan penyelundup yang berhasil lolos akan semakin banyak. Ada trade-off antara jumlah pegawai yang gagal masuk dan jumlah penyelundup yang berhasil masuk.
6. Karena itu software diset threshold matchingnya sedemikian hingga penyelundup yg berhasil masuk maksimal 1 saja dari 10 ribu, dan di saat itu pegawai yang gagal otentikasi maksimal 3 orang. Kepada 3 org tsb akan dapat masuk gedung dengan SOP tersendiri.