Sabtu 16 Juli 2016 adalah hari istimewa, karena itu adalah hari pertama Tika masuk SMP. Setelah lulus dari SD, Tika diterima di SMP Muhammadiyah PK. Suasana pendidikan pun berganti. Dari sekolah umum, menjadi sekolah dengan warna keagamaan, khususnya ke-Muhammadiyah-an.
Pagi ini saya sengaja menyempatkan diri, mengantar Tika ke sekolah, hari pertama Tika menjadi anak SMP. Bagi saya, mengantarkan anak ke sekolah hari pertama ini adalah bagian dari doa orang tua, agar si anak dapat menuntut ilmu dengan lancar, baik ilmu umum, maupun ilmu keagamaan dan akhlaq. Pendidikan akhlaq ini sangat penting. Di surau, Guru saya dulu mengajarkan pentingnya “hadap” atau etika (sopan santun). Etika ke teman, ke orang tua, dan terutama kepada gurunya. Sopan santun dalam tutur kata, dalam bergaul. Ajaran ini yang mestinya lebih diutamakan daripada aspek kognitif di sekolah-sekolah kita. Akhlaq yang baik adalah mahkota pergaulan. Dan untuk itu Nabi diturunkan, menyempurnakan akhlaq. Kalau ada orang yang mengaku umat Nabi, tapi perilaku, perkataan, tulisannya serba keji, artinya mengingkari apa yang sudah diajarkan Nabi SAW. Tentunya saya tidak ingin anak saya kelak hanya punya kemampuan intelektual yang baik, tanpa didukung oleh akhlaq, budi pekerti yang baik juga.
Himbauan dari Mendikbud Anies Baswedan agar orang tua mengantarkan anak-anaknya di hari pertama masuk sekolah ( SE No.4/2016) sangat bagus dan perlu diapresiasi. Keberhasilan anak bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tapi juga tanggung jawab orang tua di rumah. Saat orang tua mengantar anaknya ke sekolah, terjalin komunikasi awal antara orang tua, anak dan guru. Secara simbolis, Guru mulai menjadi pengganti dan wakil orang tua dalam mengasuh, mendidik si anak selama berada di sekolah. Si anak pun merasakan perhatian dari orang tuanya, dan diharapkan dapat memotivasi anak untuk belajar dengan baik. Ini budaya baru, dan alhamdulillah mendapat dukungan dari menpan RB maupun pejabat daerah (misalnya diberitakan di [1] dan [2] ).
Saat menjemput Tika ke sekolah, seorang bapak di tempat parkir bertanya : “Putrinya to Pak ? Saya kira adik kakak”. Di jalan Tika bilang “Wah, pak. Bapak dibilang awet muda, lho Pak. Masak tadi dikira adik kakak sama aku”. Saya jawab : “Kemungkinannya ada dua Nduk. Bapak yang kelihatan lebih muda, atau kamu yang kelihatan tua. Kayaknya yang kedua deh” …dan sepanjang jalan, bapak dipukuli dan diomeli oleh Tika.
Sementara foto ini adalah saat Tika ke ruang kerja bapak waktu masih jadi visiting professor di Chukyo University, 10 atau 11 tahun yll.