Teknologi pengenalan wajah sangat menantang dipakai untuk otentikasi. Kemudahan mendapatkan data dibandingkan sidik jari, iris membuat pemakaian wajah menjadi sangat populer. State of the Art pengenalan wajah saat ini : True Acceptance Rate (TAR) 99.7% saat False Acceptance Rate (FAR) 0.1% sebagaimana dijelaskan Prof. A.K. Jain pada seminar Artificial Intelligence Summit yang baru lalu. Namun demikian, ada beberapa tantangan dalam mengembangkan teknologi pengenalan wajah. Antara lain :
- Pose wajah seseorang yang sangat beragam. Dalam standar dibagi empat : frontal, semi-frontal, semi-profile, dan profile.
- Penuaan/Aging yang terjadi pada wajah seseorang. Proses penuaan ini mengakibatkan transformasi wajah yang tidak random, dan menarik untuk dibuat model matematikanya
- Kembar identik : yang terjadi sekitar 3-4 dari 1000 kelahiran
- Relatif mudah dipalsukan dibandingkan sidik jari, selaput pelangi maupun modality yang lain
Terkait tantangan keempat, dapat dibaca beberapa laporan sebagai berikut:
- Di Jepang ada salah satu toko yang menjual topeng wajah [1]
- Hal yang dilakukan Clauvino da Silva (bos Geng kriminal Brazil) dengan memakai topeng plastik menyaru sebagai anaknya yang berusia 19 tahun untuk keluar dari penjara [4]
- Operasi plastik untuk kepuasan pribadi atau memperbaiki kerusakan wajah karena kecelakaan (misalnya kebakaran). Kira-kira satu dari lima wanita di Korea Selatan telah melakukan operasi plastik ini. Tapi penelitian yang dilakukan Liu, Shan dan Chen melaporkan hasil yang sangat baik dalam pengenalan wajah yang telah dilakukan operasi plastik. Akurasi mereka sekitar 86% [2]
- Hormon Replace Therapy (HRT) yang dilakukan mereka yang ingin mengubah jenis kelamin (gender transformation). Hal ini dilaporkan juga oleh Ricanek pada artikel di atas, yang menyampaikan bahwa HRT berdampak signifikan pada akurasi pengenalan wajah. Hal itu disebabkan HRT mengubah distribusi lemak pada wajah, mengubah bentuk dan tekstur [2]. Dari berbagai foto yang ditampilkan pada paper tersebut terlihat bahwa wajah seseorang mengalami perubahan signifikan setelah mengikuti HRT untuk operasi ganti jenis kelamin.
Maltoni telah membuat skema dalam bentuk diagram fish-bone untuk menjelaskan aspek keamanan pada sistem biometrik. Spoofing termasuk salah satu ancaman pada sistem biometrik yang perlu diperhatikan di sisi “biometrics overtness” [3].
Pemanfaatan face dalam biometrics authentication memiliki tantangan yang tidak mudah. Hal ini merupakan tantangan bagi penelitian pengenalan wajah di masa depan, terutama dalam penelitian anti-spoofing pada pengenalan wajah.
Tulisan terkait : https://asnugroho.wordpress.com/2018/03/29/data-ganda-duplikat-dan-ktp-el-ganda-adalah-dua-hal-yang-berbeda/
Referensi
- https://www.facebook.com/watch/?v=197147752025279
- K. Ricanek, The Next Biometric Challenge: Medical Alterations, IEEE Computer, Vol.46, Issue 9, pp.94-96, 2013
- D.Maltoni, D. Mario, A.K. Jain, S. Prabhakar, Handbook of Fingerprint Recognition 2nd Edition, Springer, 2009
- Clauvino da Silva memakai topeng plastik menyaru sebagai anaknya.