Adermatoglyphia : tidak memiliki sidik jari

Adermatoglyphia adalah salah satu kelainan yang dimiliki seseorang karena tidak memiliki sidik jari. Kasus ini termasuk langka terjadi, dan kadang menyebabkan seseorang kesulitan saat pemeriksaan sidik jari di bandara untuk masuk ke suatu negara. Kasus ini berbeda dengan orang yang berusaha menghilangkan sidik jari dengan mengelupasnya untuk tujuan kriminal, misalnya di film Se7en yang dibintangi oleh Brad Pitt. Adermatoglyphia kemungkinan terjadi karena masalah genetik, karena urutan singkat yang tumpang tindih dengan gen bernama SMARCAD1. Hal ini masih dalam penelitian para ahli.

Tiga tahun yang lalu, pada tanggal 14 Februari 2018, lab. kami dikunjungi seorang tamu, yang ingin memeriksakan sidik jarinya. Beliau khawatir, jarinya tidak bisa dipakai untuk otentikasi kalau ke LN. Pada waktu perekaman biometrik di KTP-el dan imigrasi, sidik jarinya sulit diambil dan kata petugasnya hanya 3 jari yang layak untuk otentikasi, sehingga beliau khawatir. Menurut beliau, yang dialaminya mungkin adalah adermatoglyphia, yaitu tidak terlihatnya epidermal ridges pada jari tangan maupun kaki, yang disebabkan oleh malformation saat masih berada dalam kandungan.

Oleh tim lab. biometrik, jari beliau dipindai memakai Fingerprint Scanner Futronics FS-88, resolusi 500 dpi, pada 10 jari (kiri dan kanan). Pemindaian dilakukan masing-masing 2x (impression ke-1 dan ke-2), selanjutnya dilakukan pemadanan, yaitu genuine matching : memadankan jari yg sama dari dua impresi yg berbeda. Kami memakai perangkat lunak pemadanan sidik jari “SourceAFIS” (Free Open Source Software). Dua jari diukur similaritynya, dinyatakan match apabila matching score di atas 25. Ternyata semua score pemadanan jari tersebut di atas 25, berarti match.

Gambar 1 Nilai pemadanan genuine ke-10 jari memakai “SourceAFIS”

Jari beliau kami pindai dan amati secara visual. Terlihat polanya secara jelas (tidak kami tampilkan untuk melindungi privasi yang bersangkutan). Seharusnya tidak ada masalah dalam pemakaian jari beliau untuk otentikasi. Entah kenapa, saat perekaman data KTP-el dan imigrasi, diberi tahu kalau jarinya tidak bagus kualitasnya, dan hanya 3 jari yang bisa dipakai. Waktu diujicobakan di lab. biometrik, semua jari bisa dipakai untuk ontentikasi. Jari putera ibu tersebut (masih usia 3 tahun), juga kami pindai dan ternyata polanya bagus. Dari sisi biometrik, tidak ada masalah. Sepertinya dugaan kalau beliau mengidap adermatoglyphia (tidak terlihatnya epidermal ridge pada jari) tidak benar. Tentunya harus konfirmasi ke dokter kulit yang mampu membuat keputusan seperti itu. Tetapi dari sisi biometrik tidak terlihat pola yang terlalu buruk untuk dipakai sbg identitas. Sebagai informasi tambahan, beliau berusia sekitar 28 tahun dan dulu bekerja di laboratorium kimia & metalurgi.

Gambar 2 Suasana pemadanan sidik jari dan analisanya di laboratorium biometrik

Iklan

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di research. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s