Identifikasi dan Verifikasi pada Pengenalan Wajah

Belakangan ini teknologi pengenalan wajah (biometrik) mendapat perhatian karena dipakai untuk menemukan identitas pelaku pengeroyokan Ade Armando [1][2]. Pengenalan wajah adalah statistical process, yang selalu mengandung peluang error sekecil apapun. Sehingga peluang (probabilitas) ini perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan kejadian yang tidak diinginkan.

Ada dua cara melakukan pemadanan wajah :
1. Verifikasi : pengguna meng-claim suatu identitas (misalnya foto wajah, sidik jari, dsb) dan sistem akan memastikan apakah claim tersebut benar (genuine) atau tidak
2. Identifikasi : berusaha menjawab pertanyaan “apakah anda benar si A yang diketahui oleh sistem ?”

Verifikasi memanfaatkan pemadanan 1:1, sedangkan Identifikasi memakai pemadanan 1:N. Pada saat verifikasi dilakukan dua tipe error yang mungkin terjadi adalah False Match (Type I Error) dan False Non Match (Type II Error). Sedangkan saat identifikasi dilakukan, error yang mungkin terjadi False Positive Identification (Type I Error) dan False Negative Identification (Type II Error).

Dalam identifikasi pelaku pengeroyokan Ade Armando, sepertinya dilakukan memakai metode identifikasi [2]. Tantangan antara verifikasi dan identifikasi berbeda. Identifikasi jauh lebih sulit. Tingkat error identifikasi sangat dipengaruhi oleh N (banyaknya data di gallery), apalagi misalnya memakai data KTP-el (N sekitar 200 juta). Kasus-kasus dimana kesalahan identifikasi terjadi dapat dibaca di [3]

Contoh lain identifikasi dan verifikasi adalah proses deduplikasi data penduduk. Saat seseorang membuat KTP-elektronik, akan direkam data sidik jari, selaput pelangi, wajah dan tanda tangan kemudian dibandingkan dengan data penduduk yang telah terekam. Berarti proses deduplikasi memakai teknik identifikasi (pemadanan 1:N). Sedangkan pemanfaatan reader KTP elektronik, penduduk diminta menaruh KTP-el pada reader, kemudian sidik jarinya dipindai dan dibandingkan dengan data yang tersimpan dalam chip KTP elektronik. Dalam hal ini memakai teknik verifikasi (pemadanan 1:1).

Tulisan lain terkait dengan hal ini dapat dibaca antara lain pada [4][5].

Referensi

  1. https://inet.detik.com/science/d-6031349/apa-itu-teknologi-face-recognition-di-kasus-pemukulan-ade-armando?
  2. https://metro.tempo.co/read/1581880/face-recognition-pengeroyok-ade-armando-salah-orang-ini-penyebabnya?
  3. “More than zero : accounting for error in latent fingerprint identification,” Simon A. Cole, Journal of criminal law & criminology, Vol.95, No.3, pp.985-1078 (2005)
  4. https://asnugroho.wordpress.com/2018/03/29/data-ganda-duplikat-dan-ktp-el-ganda-adalah-dua-hal-yang-berbeda/
  5. https://asnugroho.wordpress.com/2016/01/26/dua-jenis-error-pada-mesin-presensi/

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di research. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s