Kunjungan ke Rumah Lentera Anak-Anak Penderita HIV/AIDS

Hari ini saya ke Rumah Lentera/”panti asuhan” yang menampung anak-anak terkena HIV/AIDS. Saya berangkat bersama bu Tanding (teman SMA yg sekarang mengajar di UNS), dan ditemui oleh pak Puger. Beliau yang selama ini aktif merawat anak-anak tersebut. Total ada 5 orang petugas yang berada (tinggal) di panti asuhan, dan 5 orang lagi pulang kalau sore.

Di Rumah Lentera, ada 39 anak yang dirawat. Paling muda umur satu setengah tahun, sedangkan yang lebih dari 18 tahun juga ada. Ada yang dari Kamerun, ada juga keturunan Tionghoa dari Bandung. Pak Puger cerita kalau dia pernah menjemput seorang bayi yang diusir oleh penduduk, sehingga dirawat neneknya di hutan. Malam2 pak Puger berjalan membawa lampu (petromax ?) sejauh kira-kira 2 km mencari anak tersebut. Akhirnya anaknya bisa ditemukan, dan neneknya mengizinkan agar cucunya dirawat di Solo.

Perjalanan merawat anak-anak HIV tersebut cukup panjang. Tidak seindah yang diceritakan. Berpindah-pindah, diusir dari satu rumah ke rumah yang lain. Sehingga akhirnya berada di tempat sekarang, di sisi Taman Makam Pahlawan Jurug. Tapi saat ini diminta untuk pindah ke satu tempat oleh Pemkot, dan nantinya pindah ke Mojosongo.

Pak Puger menceritakan, kalau panti asuhan ini ibaratnya “perhentian terakhir” bagi anak-anak tsb. setelah mereka tidak diterima keluarganya sendiri, tidak diterima oleh masyarakat, diusir sana-sini. Di panti asuhan itu mereka berusaha diobati, diterapi agar bisa selamat dan survive. Tidak mudah menangani anak-anak tersebut. Ketika pertama kali ditemukan, kondisinya sudah terlantar, kurus. Anak tsb. kemudian diajak agar mau makan/minum sedikit demi sedikit. Ketika mulai mau makan/minum, baru obat diberikan. Begitu taktik pak Puger. Anak-anak terkena HIV itu makannya lebih banyak daripada orang normal, sekitar 4 kali. Walaupun demikian tidak segera menjadi gemuk, karena terserap oleh penyakitnya. Perlu ketelatenan untuk merawat anak-anak tersebut. Alhamdulillah, ada juga anak HIV yang tadinya dirawat, kemudian dia menikah dengan suami yang non HIV. Mereka sudah punya putra, yang negative HIV. Suatu hal yg sangat disyukuri.

Semoga saja adik-adik tersebut bisa survive dan bermasyarakat dg baik.

Beberapa link tentang “panti asuhan” tersebut:
1. https://www.farah.id/read/2023/06/02/12443/tentang-rumah-lentera-dan-pilunya-anak-anak-‘pewaris’-hiv-aids
2. https://kumparan.com/bengawannews/yayasan-lentera-solo-rumah-bagi-anak-penderita-hiv-aids-1550321359230413845
3. https://soloraya.solopos.com/gibran-akan-relokasi-rumah-lentera-dari-tmp-solo-sejarahnya-bikin-terenyuh-1633698

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di kesehatan. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar