Identifikasi Personal memakai Iris

Hari Rabu dan Kamis yang lalu (29 & 30 Nov 2023), saya mengikuti The 2023 1st International Conference on Advanced Informatics and Intelligent Information Systems (ICAI3S 2023) yang diselenggarakan di Yogyakarta. Paparan yang saya sampaikan : identifikasi personal memakai selaput pelangi (iris). Iris pengidentifikasi (identifier) yang relatif baru dibandingkan sidik jari maupun wajah. Iris biasanya dipakai untuk identifikasi kondisi di mana sidik jari sulit dipakai, misalnya di pertambangan.

Pola iris sifatnya random morphogenesis, tidak ada penetrasi genetik. Sama seperti sidik jari yang juga random morphogenesis. Iris mulai terbentuk pada saat janin berusia 3 bulan, sedangkan polanya terbentuk pada saat janin berusia 8 bulan. Karena random morphogenesis, mengaitkan pola iris dengan kondisi kesehatan seseorang termasuk kategori pseudo science (iridology)

Di Indonesia, Iris selama ini dimanfaatkan dalam program KTP elektronik untuk melakukan deduplikasi, menghindari terjadinya duplikasi identitas. Iris sangat bagus untuk dipakai dalam diskriminasi/identifikasi individu. Degree of freedom-nya 247 (dekat dg perhitungan Daugman : 249). Berarti kemungkinan iris dari dua orang yg berbeda dideteksi sama adalah 1 dari 2 pangkat 247. Kami hitung density informasi pada iris, ketemu 3.28 bit/mm2. Berarti 1 mm2 iris dapat dipakai untuk membedakan 2 pangkat 3.2, atau sekitar 9 orang. Untuk membedakan 7.3 milyar penduduk, diperlukan sekitar 10.2 mm2.

Salah satu contoh pemakaian iris adalah reidentifikasi pengungsi Afghan yang dilaporkan Steve McCurry. Nama pengugsi tersebut Sharbat Gula. Pernah difoto pada tahun 1984, pada usia 12 tahun. Dalam kekacauan yang terjadi, akhirnya dapat ditemukan kembali 18 tahun kemudian. Selaput pelanginya difoto dan diukur hamming distance-nya dengan foto iris 18 tahun yang lalu. Jarak iris mata kiri 0.24, sedangkan iris mata kanan 0.31. Observasi Daugman terhadap jarak Hamming Distance 2.3 juta iris, memperlihatkan bahwa dua iris yang berbeda jaraknya lebih dari 0.333. Berarti pada Kasus Sharbat Gula di atas, dapat disimpulkan bahwa mata tersebut dari orang yang sama.

Selain kompleksitas, kestabilan pola iris juga merupakan studi yang menarik. NIST [1] melaporkan bahwa iris dapat dipakai untuk identifikasi jangka panjang. Pola iris tidak terpengaruh oleh proses penuaan (aging effect).

Ada dua pertanyaan yang saya catat dalam diskusi dengan peserta:
(1) Kendala dalam memakai iris recognition untuk implementasi secara luas di masyarakat
(2) Misalnya dipakai untuk forensik, mengidentifikasi korban yang sudah meninggal apakah iris memungkinkan ?

Untuk pertanyaan pertama, saya jawab sebatas pengetahuan saya, kalau kendalanya pada harga sensornya yang cukup mahal dibandingkan kamera dan fingerprint scanner. Sedangkan untuk pertanyaan kedua, saya sebenarnya agak ragu, tapi sebatas yang saya tahu, iris tidak dapat dipakai untuk identifikasi setelah seseorang meninggal. Tetapi setelah saya pelajari, pendapat saya tsb. sudah terbantahkan. Misalnya dapat dilihat pada studi [2][3].

Referensi
1. https://www.nist.gov/news-events/news/2013/08/nist-study-advances-use-iris-images-long-term-form-identification
2. Iris Recognition after Death, Mateusz Trokielewicz, Adam Czajka and Piotr Maciejewicz, IEEE Transactions on Information Forensics and Security, Volume: 14, Issue: 6, June 2019
https://ieeexplore.ieee.org/document/8537970
3. Post-mortem human iris recognition, Mateusz Trokielewicz, Adam Czajka and Piotr Maciejewicz, 2016 International Conference on Biometrics (ICB). https://ieeexplore.ieee.org/document/7550073

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di research. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar