Malaria Diagnosis from Peripheral Blood Smear Microphotograph

Pada hari Jumat, 17 November 2023 yang lalu saya menjadi keynote speaker The 2023 IEEE 8th International Conference on Information Technology and Digital Applications (ICITDA) yang diadakan oleh Universitas Islam Indonesia. Yang saya sampaikan pada kesempatan tersebut berjudul “Artificial Intelligence for Tropical Disease Diagnosis: Malaria Diagnosis from Peripheral Blood Smear Microphotograph”. Malaria sebenarnya satu penyakit yang sudah dikenal sejak zaman Firaun dan menjadi penyebab meninggalnya raja Mesir Tutankhamun pada usia 19 tahun. Journal the American Medical Association menyebutkan kajian darah dan DNA firaun tersebut, ditemukan parasit malaria dalam darahnya.

Adapun era sekarang, Malaria menjadi kasus khusus di daerah tropis dan subtropis. Ada 3 diagnosis untuk mengidentifikasi plasmodia parasit dalam darah : (1) Rapid Diagnostic Test (2) Polymerase Chain Reaction (3) peripheral blood smear microphotograph, yang telah menjadi golden standard. Ada 3 hal yang dianalisa dari blood smear tersebut : (1) positive atau sehat (2) kalau positive, apa spesies plasmodia-nya ? apakah plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale atau plasmodium malaria. Belakangan bertambah 1, yaitu plasmodium knowlesi. (3) life stage parasite, apakah ring stage, trophozoite stage, schizont stage atau gametocyte stage. Pada studi yg dilakukan, kami melakukan analisa pada thin dan thick blood smear (untuk thick blood smear microphotograph analysis, dari disertasi Dr. Umi Salamah di ITS).

Morfologi plasmodia tersebut berubah seiring waktu, sehingga sistem diagnosis dibangun agar bisa mengidentifikasi masing-masing life stage pada tiap parasite. Kami juga mengembangkan sistem untuk melakukan diagnosis secara otomatis memakai Arduino, karena dari 1 slide perlu dianalisa ratusan bidang pandang (apusan tebal : 200 leucocytes, apusan tipis: 500-1000 erythrocytes) untuk membuat keputusan akhir diagnosis, sedangkan pasien yang harus dianalisa jumlahnya sangat banyak terutama saat Mass Blood Survey di daerah rawan Malaria (Indonesia Timur).

Data eksperimen diambil dari berbagai daerah di Indonesia oleh laboratorium Malaria Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, yang sekarang menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, sedangkan kami membangun sistem diagnosis-nya. Diharapkan nantinya sistem bisa dimanfaatkan untuk membantu petugas di lapangan agar diagnosis bisa dilakukan lebih cepat dan akurat.

Tentang Anto Satriyo Nugroho

My name is Anto Satriyo Nugroho. I am working as research scientist at Center for Information & Communication Technology, Agency for the Assessment & Application of Technology (PTIK-BPPT : Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). I obtained my doctoral degree (Dr.Eng) from Nagoya Institute of Technology, Japan in 2003. My office is located in Serpong, Tangerang Selatan City. My research is on pattern recognition and image processing with applied field of interests on biometrics identification & development of computer aided diagnosis for Malaria. Should you want to know further information on my academic works, please visit my professional site at http://asnugroho.net
Pos ini dipublikasikan di research. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar